Jumat, 31 Oktober 2014

Esai Sastra: Wanita pada Hubungan dalam Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Dibibirku dengan Bibirmu oleh Jaya Nasa Perta



Membaca cerpen Mau Kah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Di Bibirku Dengan Bibirmu karangan Hamsat Rangkuti menceritakan penyesalan seorang wanita dalam menjalin sebuah hubungan percintaan dengan laki-laki. Persoalan yang diceritakan dalam cerpen ini, penulis mengambil sudut pandang penceritaan masalah dari seorang wanita. Dalam cerita dikisahkan seorang wanita yang menyesali apa yang sudah dilakukannya, dan ingin menghilangkan bekas-bekas kenangan sewaktu menjalin hubungan bersama laki-laki. Dalam cerita digambarkan, seorang wanita membuang segala pemberian dari laki-laki tersebut, mulai dari cincin, baju, celana, sepatu, pakaian dalam, dan lain-lain. Permasalahan yang dimunculkan dalam cerita ini adalah, wanita tersebut tidak bisa membuang bekas kecupan di bibirnya pemberian laki-laki yang dulu pacarnya itu.
Kenapa penulis dalam cerpennya membuat wanita yang mempermasalahkan kecupan yang diberikan oleh laki-laki ? logikanya kecupan tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama kedua belah pihak. Dalam cerpen digambarkan betapa menyesalnya seorang wanita terhadap kecupan dari seorang laki-laki di bibirnya itu. Kemudian, Apakah laki-laki (mantan pacar wanita tersebut) tidak menyesal juga atas kecupan di bibirnya itu? Tentu iya, karena laki-laki juga ingin hilang dari kenangan lama yang mungkin mengkelamkan masa depannya.
Inilah yang menjadi bahan yang akan dibahasa, yaitu wanita dalam sebuah hubungan. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari banyak diantara mereka yang menjalin sebuah hubungan dengan pasangan lawan jenisnya, banyak yang lepas dari kontrol dari nilai-nilai dan norma yang berlaku. Hal-hal yang tabu di kehidupan sekarang tidak lagi terlalu dipermasalahkan, contohnya seorang anak perempuan yang keluyuran malam-malam dengan teman laki-laki dan larut malam pulang ke rumah, atau kehidupan anak kos yang lepas control, seperti bertamu pada kos lawan jenis melewati batas jam tamu, atau pergi keluar malam dengan pacarnya kemudian pulang menjelang subuh. Inilah kenyataan-kenyataan yang sangat nyata pada remaja-remaja zaman sekarang. Semuanya dianggap hal yang biasa dan tidak tabu. Padahal kalau kita menggunakan kaca mata nilai dan norma, adat serta agama, yang dipaparkan di atas adalah hal-hal yang sangat tabu sekali didengar, dilihat dalam masyarakat dan sangat bertentangan sekali dengan nilai dan norma, adat serta agama.
Dalam cerpen ini Hamsad Rangkuti mengisahkan dalam suatu hubungan antar lawan jenis, wanita tersebut sangat menyesal atas hubungan yang telah dijalinnya dengan laki-laki itu. Penyesalan yang dialami oleh wanita tersebut adalah ketika ia tidak bersama laki-laki itu lagi, dan ingin menghapus semua kenangan dari laki-laki itu dengan membuang apa-apa saja yang pernah diberikan oleh laki-laki itu. Satu hal yang membuat wanita itu amat kecewa, ketika bekas kecupan di bibirnya dari laki-laki itu yang tidak bisa ia hapus. Dalam suatu hubungan, apabila wanita sudah disentuh oleh laki-laki atau pacarnya, katakanlah dipegang tangannya, dicium pipinya, dikecup bibirnya, atau mengarah pada arah yang lebih parah lainnya. Memang dalam hal itu kedua pihak sama-sama dirugikan, yaitu dengan tidak suci lagi. Namun, dalam tingkat kerugiannya, wanitalah yang sangat dirugikan, dan tingkat penyesalannya, wanitalah yang sangat meyesal dan penyesalannyapun sangat lama dirasakannya. Biasanya laki-laki hanya tidak peduli dengan hal yang terjadi itu. Itulah mengapa penulis menjadikan wanita yang menyesal atas kecupan yang telah terjadi tersebut. Dan mengambil sudut pandang masalah dari penyesalan wanita dalam sebuah hubungan.
Apabila sesuatu hal telah terjadi, baik atau buruk, semua tidak bisa kita ulang atau kita batalkan yang sudah terjadi itu. Wanita dalam hubungan harus mampu menjaga diri, menjaga dari segala hal yang dapat merusak atau membuatnya merugi. Karena dalam pandangan laki-laki nilai yang tinggi dari seorang wanita adalah kesucian dirinnya. Bedahalnya dengan laki-laki, menrut pandangan dari perempuan, nilai jual atau yang dilihat dari seorang laki-laki adalah kesuksesannya. Kenapa begitu, karena dalam wadah rumah tangga nantinya, wanita adalah hiasan rumah tangga, dan laki-laki adalah tulang punggungnya rumah tangga, untuk itu kehidupan mencangkup keperluan rmah tangga adalah tanggungjawabnya laki-laki.
Pesannya, apabila dalam hidup yang berpasang-pasang ini, tentu wajar saja sebagai seorang manusia mempunyai hasrat ketertarikan terhadap lawan jenis. Karena ketertarikan terhadap lawan jenis itulah yang menandakan kita normal. Namun sebelum semua dipersiapkan dan sebelum semuanya siap, tentu ada baiknya menghindari jalan yang salah langkah, untuk menghindari hal-hal buruk yang berujung pada penyesalan yang akan terjadi. Ketertarikan dengan lawan jenis tidak harus rasanya dinyatakan dengan menjalin hubungan pacaran misalnya, karena ketika pacaran, namun kesiapan jiwa dan nafsu yang belum stabil, maka semuanya akan berpeluang besar terjadinya hal-hal buruk yang dapat merugikan diri sendiri. Bagaimana mengarahkan ketertariakan pada lawan jenis yang untuk menghindari terjadinya hal buruk tersebut, salah satunya dengan saling menjaga hati dan berkomunikasi yang baik tanpa membangun hubungan pacaran, rasanya hal itu bisa solusi dalam mengarahkan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis yang baik. 
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar